Setidaknya demikianlah hasil studi yang menguji seberapa banyak lahan yang dibutuhkan demi menghasilkan sumber energi terbarukan itu. Hasilnya adalah sebuah perubahan sistem global yang akan mengubah wajah bumi kita saat ini.
“ Membangun pembangkit tenaga angin, air, serta menumbuhkan biomassa demi memproduksi berkilowat-kilowat listrik akan melibatkan invasi besar alam,”
Sampai pada kesimpulan ini setelah melakukan kalkulasi jumlah energi yang dihasilkan dari setiap lahan yang digunakan. Setelah diamati dan diukur hasil dari setiap sumber energi terbarukan dan menimbang untung ruginya. Setiap kilowatt listrik yang diperlukan otomatis dikonversikan ke luas lahan yang akan dipakai. “Baik biomassa atau angin akan menghasilkan satu atau dua watt listrik per meter persegi. Jadi setiap watt yang kita pakai di rumah kelak akan mengorbankan lahan tanah di luar sana,”.“Secara umum, dikatakan penggunaan densitas energinya tidak mencakup keselurugan isu dan kemampuan bagi sumber yang berbeda.Jika senatero AS didukung dengan energi sel surya dengan tingkat efisiensi 10 persen, maka area seluas 10.000 mil persegi dapat diterangi oleh panel-panel surya.Berdasarkan temuan ini, untuk menghasilkan energi yang diperlukan negaranya saja akan memahan lahan 965 mil persegi. Pembangkit listrik tenaga sel surya akan memakan lahan 58 mil persegi, ditambah dengan lahan untuk penyimpan energi. Ini memang lebih ramah lingkungan. Jauh lebih efisien justru pembangkit nuklir. “Tapi tenaga nuklir dihantui dengan isu profilerasi. Isu tentang kandungan radioaktif pada nuklir sudah cukup sukses membuat publik antipati pada teknologi ini,” komentarnya. Betul bahwa energi nuklir ramah lingkungan jika dilihat dari karbon yang dihasilkannya, tapi harus dipikirkan juga limbah nuklirnya yang justru lebih berbahaya. Anggapan bahwa energi terbarukan tidak ramah lingkungan dan nuklir itu ramah lingkungan, masih terlalu provokatif. Harus dikaji lebih lanjut ke depan bagaimana energi terbarukan akan mengubah wajah dunia kelak.
0 comments:
Post a Comment